Ruang Tunggu



Aku merasa beruntung ditakdirkan menjadi seorang lelaki. Yang dalam masa penantian ini, lebih dituntut untuk banyak bertindak daripada menunggu.

Meskipun, dalam bertindak juga diperlukan keberanian dan persiapan mental yang layak. Meskipun, ada resiko yang harus ditanggung dalam setiap tindakan, yaitu penolakan. Meskipun, setiap lelaki punya cara masing-masing dalam mendefinisikan tindakan itu sendiri.

Ada yang terlampau berani, mengumbar umpan kesana kemari, dengan harapan ada salah satu yang mau menjadi pujaan hati. Ada yang memilih hati-hati sekali, karena merasa ini persoalan hidup dan mati. Ada pula yang sangat khawatir dengan penolakan, sehingga tak kunjung datang untuk menghalalkan.

Tetapi, dibanding perasaan yang harus ditanggung setiap lelaki, aku tetap tidak bisa membayangkan bagaimana was-was nya kamu yang ada di sana. Yang sedang menunggu, ada seorang pemuda baik yang datang meminta restu kepada kedua orang tuamu. Terlebih, jika pemuda yang datang terlebih dahulu itu adalah aku. Lelaki yang selama ini menjadi pilihanmu. Ah, tentu bertambah berkali-kali lipat rasa cemasmu.

Terima kasih karena sudah menyediakan ruang tunggu itu untukku. Ruang tunggu yang kita bangun karena ada sesuatu dalam diri kita yang mungkin menurut Tuhan perlu untuk kita perbaiki.

Dan semoga masa tunggu ini tidak terlampau lama. Karena dalam masa penantian, akan banyak terbuka pintu-pintu syaitan. Sudah menjadi tugasku untuk segera menghalalkan.

Komentar