Beasiswa, Untuk Siapa?



Beasiswa, selalu menarik untuk dikaji, selalu menimbulkan multi persepsi, yang tak jarang banyak mahasiswa tidak mengerti esensi dari uang tak bertuan yang satu ini.

Kenapa saya sebut beasiswa sebagai uang tak bertuan? Karena memang pada dasarnya uang dalam bentuk beasiswa ini mencari kantong mahasiswa yang mau menampung dirinya. Aneh kan? Di jaman yang serba mahal ini, masih ada uang yang mencari tuannya. Walaupun dalam aplikasinya, beasiswa membuat segala persyaratan yang bisa membuat sebagian mahasiswa optimis dan sebagian lainnya pesimis untuk mendapatkannya.

Sehubungan dengan telah berakhirnya penerimaan beasiswa PPA dan BBM bagi mahasiswa UNNES tahun 2012, dengan ini kami beritahukan bahwa berdasarkan pemberitahuan dari Badan Perencanaan UNNES untuk tahun 2013 mendapat alokasi beasiswa PPA dan BBM sebesar Rp 350.000,00/­mahasiswa/bulan selama 12 bulan atau yang bersangkutan belum dinyatakan lulus pada periode tahun berjalan.
Menindaklanjuti­ hal tersebut diatas, kami minta bantuan segera untuk mengkoordinir usulannya dengan ketentuan dan persyaratan sbb:
I. BBM : Yang dapat diusulkan mendapat bantuan beasiswa adalah mahasiswa jenjang S1 dan program Diploma Reguler maupun paralel, minimal telah duduk pada semester III, dengan IPK minimal 2,50.
PPA : Yang dapat diusulkan mendapat bantuan beasiswa adalah mahasiswa jenjang program S1 reguler maupun paralel, minimal duduk pada semester III, dengan IPK minimal 3,00.
II. Alokasi pembagian usulan calon penerima beasiswa tersebut :
BBM : 1390 orang mahasiswa
PPA : 1000 orang mahasiswa
III. Jadwal Pendaftaran Beasiswa PPA dan BBM
1. Pendaftaran Online Laman: beasiswa.unnes.­ac.id
- Pendaftaran On line mulai tgl 11 Februari 2013-Pukul 07.00 WIB
- Penutupan pendaftaran Online tgl 28 Februari 2013-Pukul 23.59 WIB
2. Penyeleksian fakultas : 1-5 Maret 2013
3. Pengumuman tahap I : 7 Maret 2013
4. Kelengkapan berkas tahap I : 8-14 Maret 2013
5. Pengumuman tahap II : 18 Maret 2013
6. Kelengkapan Berkas tahap II : 19-21 Maret 2013
7. Pengumuman Final : 25 Maret 2013
IV. Persyaratan :
1. Mahasiswa Jenjang Program S1 dan Diploma yang belum menerima beasiswa dari sumber lain;
2. Tidak sedang menjalani cuti kuliah baik pada saat mengajukan usul maupun saat penerimaan dana beasiswa;
3. Pada waktu mendaftar minimal telah duduk pada semester III;
4. IPK minimal 2,50;
5. Dilihat dari penghasilan orangtua/wali tergolong kurang mampu;
6. Mengajukan permohonan beasiswa PPA/BBM
7. Bersedia mentaati tata tertib

Begitu pengumuman di atas terpampang di mading fakultas atau situs universitas, hampir dipastikan seluruh mahasiswa berbondong-bondong mengurus segala persyaratannya. Mulai dari keterangan aktif di organisasi bagi para aktivis, sampai meminta-minta surat miskin ke kelurahan bagi yang merasa dirinya kurang mampu.

Tapi tidak bagi orang-orang yang sudah berprinsip untuk tidak mengajukan beasiswa yang disitu terdapat persyaratan "dilihat dari penghasilan tergolong kurang mampu". Hmm...timbul pertanyaan, masih ada tidak ya mahasiswa dengan kriteria seperti itu di jaman sekarang ini? Yang ia masih bingung mencari sesuap nasi untuk dimakan hari ini, yang ia masih bingung mencari uang untuk membeli diktat kuliah yang diwajibkan dosen. Sepertinya tidak ada ya, sepengetahuan saya sih.

Nah lho, ketika tidak ada mahasiswa yang benar-benar kurang mampu, bukankah ini ngeri? Sadar atau tidak sadar berarti ketika kita mengajukan beasiswa ini artinya kita sedang BERLOMBA-LOMBA UNTUK MERASA/MENJADI ORANG YANG KURANG MAMPU. Naudzubillah..."konspirasi" kecil yang mungkin ini menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia tidak maju-maju. Ya, karena orang-orangnya "selalu" merasa kurang mampu!

Sempat ada teman yang meyakinkan bahwa beasiswa PPA itu untuk para aktivis dan mahasiswa yang nilai akademiknya bagus, sedangkan BBM barulah untuk mahasiswa yang benar-benar dari segi ekonomi tergolong kurang mampu. Eit...padahal sudah jelas, baik PPA maupun BBM disitu tertulis bahwa salah satu persyaratannya adalah "dilihat dari penghasilan orangtua/wali tergolong kurang mampu". Perkara pada saat pemberkasan tidak ditanyakan kekurangmampuannya, bodo amat! Yang pasti, syarat itu jelas terpampang di setiap pemberitahuan dan saya pikir setiap mahasiswa tahu apa maksud syarat itu.

Ironis ketika melihat teman yang meminta-minta surat miskin ke kelurahan, padahal dandanannya setiap pergi ke kampus bagaikan mau pergi ke hajatan. Miris melihat teman yang begitu gembiranya ketika uang beasiswa turun, dengan polosnya lalu ia berkata, "Cihuyy...hari ini beasiswa turun lho, jatah beli HP baru nih". Padahal yang sedang ia ajak bicara ini HPnya sedang rusak dan tak ada uang untuk sekedar memperbaikinya.

Yang saya tahu, justru mahasiswa yang (mohon maaf) orang tuanya kurang mampu, malah ia yang bisa lebih survive ketimbang mahasiswa yang berkecukupan dari segi finansial. Entah ia mempunyai uang dari hasil berjualan, dari bekerja sebagai guru privat kesana kemari, dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya ia bisa mencukupi sendiri biaya hidupnya bahkan biaya kuliahnya.

Artinya, pendistribusian beasiswa ini masihlah belum tepat. Ketika ia ditujukan untuk mahasiswa mampu pada akhirnya juga salah, karena bisa menyebabkan iri mahasiswa yang kurang mampu. Tapi ketika itu ditujukan untuk mahasiswa kurang mampu juga tidaklah tepat, karena bisa menyebabkan mahasiswa itu ketergantungan. Berharap bisa membantu mahasiswa, beasiswa ini malah menjadi semacam sosok pembunuh kreativitas dan daya saing orang-orang yang mendapatkannya. Ckckckck...indikator mampu dan tidak mampu pun belum jelas ya.

Oleh karena itu, saya pun hanya bisa berpesan dan tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa.

1. Untuk para mahasiswa, lebih bijaklah dalam berpikir. Termasuk ketika ingin mengajukan beasiswa, apakah benar diri ini termasuk golongan yang berhak diberi beasiswa? Masih adakah teman kita yang lebih berhak menerima beasiswa ketimbang kita? 

2. Untuk pemerintah, adakan pendataan penduduk yang lebih detail lagi. Saya yakin pemerintah mampu untuk mendata mahasiswa/pelajar mana saja yang benar-benar membutuhkan beasiswa. Jika masih sisa, lebih baik uang yang ada disalurkan untuk meningkatkan fasilitas pendidikan di negeri ini ketimbang mengalir tidak jelas ke kantong mahasiswa.

3. Untuk birokrasi, jangan pula menggunakan beasiswa ini sebagai alat untuk mengendalikan mahasiswa. Seperti mahasiswa bidik misi yang sebagian dari mereka menjadi mahasiswa pengejar IPK maupun menjadi peserta upacara abadi. Kasihan mereka, Pak, Bu. Mereka juga ingin bersosialiasi dan aktif di kegiatan-kegiatan kampus.

4. Bagi para pembaca, saya mohon maaf jika tulisan ini menyinggung perasaan. Tulisan ini bukan membahas tentang beasiswa berprestasi, tapi beasiswa yang ditujukan untuk kawan-kawan kita yang kurang mampu. Saya juga lebih menekankan kepada beberapa oknum mahasiswa yang serakah, yang menjadikan uang beasiswa ini sebagai ajang foya-foya, bukan untuk meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih baik.

Hmm...mungkin memang ada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan beasiswa, tapi yakinlah bahwa jumlahnya sangat sedikit sekali di jaman sekarang ini. Dan untuk mahasiswa yang seperti itu, tentunya saya setuju sekali ada sebuah beasiswa yang membantu mencukupi biaya kuliah dan biaya hidupnya selama kuliah.

Jadi teringat teman SMA saya yang memutuskan untuk langsung bekerja dan tidak kuliah. Alasannya apa? Karena tidak mampu untuk membayar biaya kuliahnya. Meskipun begitu, luar biasanya teman saya yang satu ini, sudah bisa membeli sepeda motor di tahun keduanya bekerja. Padahal di tahun yang sama pula, ayahnya tercinta dipanggil untuk menghadap Allah SWT. Subhanallah...cantik sekali cara Allah SWT untuk mengatur hidup setiap hambaNya. Semakin malu melihat potret diri yang tidak ada apa-apanya ini T_T

Astaghfirullahaladzim. Wallahua'lam bishowab.

Komentar